ANTOLOGI PUISI
DAFTAR
ISI
ü PEMBUKA
ü KATA
PENGANTAR
ü ISI:
A. PENGERTIAN ANTOLOGI
B. PENGERTIAN PUISI
C. MACAM-MACAM PUISI
1. Puisi lama
- Macam – macam puisi lama
- Ciri – ciri puisi lama
- Contoh puisi lama
2. Puisi baru
- Macam puisi baru
- Ciri – ciri puisi baru
- Contoh puisi baru
D. PERBEDAAN PUISI LAMA DAN
PUISI BARU
ü DAFTAR
PUSTAKA
A. Pengertian Antologi
Antologi, secara harfiah diturunkan dari kata bahasa Yunani yang
berarti "karangan bunga" atau "kumpulan bunga", adalah
sebuah kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya, definisi ini hanya mencakup
kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak dalam satu volume.
Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan karya sastra lain seperti cerita
pendek, novel pendek, prosa, dan lain-lain. Dalam pengertian modern, kumpulan
karya musik oleh seorang artis, kumpulan cerita yang ditayangkan dalam radio
dan televisi juga tergolong antologi.
B.
Pengertian Puisi
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió)
= I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya
untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan
penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi
dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki
pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi
sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.
Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang
lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa
saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu
cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya
berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat
puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan
untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan
penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama danpuisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern
atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok
dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif
sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan
pada pokok puisi tersebut.
Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah.
Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Singkatnya, puisi adalah Rangkaian kata – kata yang
merupakan sebuah baris, bait berisi tentang luapan isi/ emosi jiwa seseorang yang mempunyai nilai estetika ( keindahan ).
Menurut zamannya, puisi
dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
a)
Puisi lama adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma,
ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.
b)
Puisi baru adalah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima, ritma,
ataupun jumlah baris serta tidak ditandai dengan bahasa yang padat.
C. MACAM-MACAM PUISI
Puisi
dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Puisi Lama
Puisi adalah Rangkaian kata – kata yang
merupakan sebuah baris,bait berisi tentang luapan isi/emosi jiwa seseorang yang
mempunyai nilai estetika ( keindahan ).
Menurut zamannya, puisi
dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
Puisi lama adalah puisi yang
terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
Ø Ciri-ciri Puisi Lama
Ciri puisi lama:
a) Bersifat Istanacentris ( Berisi tentang lingkup kerajaan , keratin, golongan biru, golongan bangsawan).
b) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
a) Bersifat Istanacentris ( Berisi tentang lingkup kerajaan , keratin, golongan biru, golongan bangsawan).
b) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
c) Sangat terikat oleh
aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima.
d) Bersifat statis ( Perkembangan puisi lambat).
e) Anonim (Tidak diketahui pengarangnya ).
Ø Jenis Puisi Lama
a) Mantra adalah
ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
b) Gurindam
adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi
nasihat.
c) Syair
adalah puisi yang bersumber dari Arab, berisi nasihat atau cerita.
d) Pantun
adalah puisi yang lama yang terikat oleh rima atau sajak
JENIS PUISI LAMA DAN CIRINYA
a)
MANTRA
Ciri –
ciri Mantra :
1)
Berirama akhir abc-abc,
abcd-abcd, abcde-abcde.
2)
Bersifat lisan, sakti atau
magis.
3)
Adanya perulangan.
4)
Metafora merupakan unsur
penting.
5)
Bersifat esoferik (bahasa khusus antara
pembicara dan lawan bicara) dan misterius.
6)
Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya
dalam hal suku kata, baris dan persajakan.
b) GURINDAM
Ciri –
ciri Gurindam :
1) Sajak akhir berirama a-a, b-b, c-c, dan
seterusnya.
2) Berasal
dari Tamil.
3) Isinya
merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan / menampilkan suatu sebab
dan akibat.
4) Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau
perjanjian.
5) Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah
atau perjanjian pada baris pertama tadi.
c) SYAIR
Ciri –
ciri Syair :
1) Setiap
bait terdiri dari 4 baris.
2) Setiap
baris terdiri dari 8 – 12 suku kata.
3) Bersajak
a-a-a-a.
4) Isi
semua, tidak ada sampiran.
5) Berasal
dari Arab.
d) PANTUN
Ciri –
ciri Pantun :
1) Setiap
bait terdiri 4 baris.
2) Baris 1
dan 2 sebagai sampiran.
3) Baris 3
dan 4 merupakan isi.
4) Bersajak
a-b-a-b.
5) Berasal
dari Melayu (Indonesia).
Pantun dibagi menurut bentuknya :
a) Karmina
adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
b) Seloka
adalah pantun berkait.
c) Talibun
adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
d) Pantun Anak – anak.
e) Pantun Jenaka.
f) Pantun Orang muda.
g)Pantun Orang tua.
h)Pantun Teka – teki.
Ciri – ciri dari bentuk pantun
:
a) KARMINA
Ciri – ciri
Karmina :
1) Setiap bait merupakan bagian
dari keseluruhan.
2) Bersajak aa-aa, aa-bb.
3) Bersifat epik: mengisahkan
seorang pahlawan.
4) Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
5) Semua baris diawali huruf
kapital.
6) Semua baris diakhiri koma,
kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
7) Mengandung dua hal yang
bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
b) SELOKA
Ciri – ciri Seloka :
1) Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair.
2) Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
c) TALIBUN
Ciri – ciri Talibun :
1) Terdiri
dari 4 baris.
2) Berirama aaaa.
3) Keempat
baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair.
4) Jumlah
barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan
seterusnya.
5) Jika satu
bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
6) Jika satu bait berisi delapan baris,
susunannya empat sampiran dan empat isi.
7) Apabila
enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
8) Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a –
b – c – d – a – b – c – d.
·Contoh Jenis-jenis Puisi Lama
a) MANTRA
Assalammu’alaikum putri
satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
b) GURINDAM
Kurang pikir kurang siasat
(a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
c) SYAIR
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
d) PANTUN
Contoh-contoh pantun menurut jenisnya
a) KARMINA
Dahulu parang, sekarang besi
(a)
Dahulu sayang sekarang benci
(a)
b) SELOKA
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
c) TALIBUN
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu
D. PUISI
BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik
dalam segi jumlah baris, suku
kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru
a) Bentuknya rapi, simetris;
b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
d) Sebagian besar puisi empat seuntai;
e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
d) Sebagian besar puisi empat seuntai;
e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
JENIS PUISI BARU
Puisi
baru dibagi menurut isinya :
a) Balada adalah puisi
berisi kisah/cerita.
b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
Puisi
baru dibagi menurut bentuknya :
a) Distikon.
b) Terzina.
c) Quatrain.
d) Quint.
e) Sextet.
f) Septima.
g) Stanza/Oktaf.
h) Soneta.
Ciri puisi baru menurut bentuknya
:
a)
Distikon
Ciri – ciri Distikon :
1) Rima –aa, -bb.
2) 2 baris;
sajak 2 seuntai.
3) Distikon
(Greek: 2 baris)
b)
Terzina
Ciri –
ciri Terzina :
1) Terzina
(Itali: 3 irama)
c) Quatrain
Ciri –
ciri Quatrain :
1) Quatrain (Perancis: 4 baris)
2) Pada asalnya
ada 4 rangkap
3) Dipelopori
di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
d) Quint
Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5
baris dalam serangkap diterima umum sebagai Quint (perubahan ini dikatakan
berpunca dari kesukaran penyair untuk membina rima /aaaaa/
e) Sextet
Ciri –
ciri Sextet :
1) Sextet (latin: 6 baris).
2) Dikenali sebagai ‘terzina ganda dua’.
3) Rima akhir bebas
f) Septima
Ciri –
ciri Septima :
1) Septime (Latin: 7 baris).
2) Rima akhir bebas.
g) Stanza/Oktav
Ciri – ciri Stanza :
1) Oktaf (Latin: 8 baris).
1) Oktaf (Latin: 8 baris).
2) Dikenali sebagai ‘double
Quatrain’
h) Soneta
Ciri – ciri Soneta :
1) Terdiri atas 14 baris.
1) Terdiri atas 14 baris.
2) Terdiri
atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina.
3) Dua
quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.
4) Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan
yang disebut isi yang disebut sextet.
5) Bagian
sampiran biasanya berupa gambaran alam
6) Sextet
berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam
ocvtav , jadi sifatnya subyektif.
7) Peralihan dari octav ke
sextet disebut volta
8) Penambahan baris pada soneta disebut koda.
9) Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata.
8) Penambahan baris pada soneta disebut koda.
9) Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata.
10) Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d
– c, d – c – d.
Ø
Contoh dari Jenis-jenis Puisi Baru
Contoh puisi baru menurut isinya
a) BALADA
Puisi karya Sapardi Djoko
Damono yang berjudul “ Balada Matinya Seorang
Pemberontak”.
b) HYMNE
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
c) ODE
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
d) EPIGRAM
Hari ini tak ada tempat
berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak
sekalipun pasti tergilas.
(Saini S.K)
e) ELEGI
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua,
pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam.
Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(chairil anwar)
f) SATIRE
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
CONTOH JENIS PUISI BERDASARKAN BENTUKNYA
a) DISTIKON
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b) TERZINA
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
c) QUATRAIN
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d) QUINT
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e) SEXTET
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f) SEPTIMA
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
g) STANZA ( OCTAV )
Contoh :
Awan
Awan datang melayang
perlahan
Serasa bermimpi, serasa
berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
h) SONETA
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
D.PERBEDAAN PUISI LAMA DAN PUISI BARU
Ø Ciri-ciri puisi baru:
a. Bersifat
umum
b. Perkembangannya
cepat
c.
Bersifat bebas
d. Populer
e. Bersifat
kepandaian perseorangan
f.
Mengutamakan isi
Ø
Ciri-ciri puisi lama:
a. Bersifat Istanacentris
c. Bersifat terikat dengan aturan yang sudah ada
d. Anonym (Pengarangnya tida dikenal)
e. Bersifat kepandaian bersama
f. Mengutamakan bentuk atau keindahan
Meskipun demikian,
hakikat puisi tetap dipertahankan seperti rima, irama, pilihan kata, dan
lain-lain.
·
Hakikat puisi ada tiga
hal, yaitu:
1. Sifat seni atau fungsi estetika
Sebuah puisi haruslah indah. Unsur-unsur keindahan
dalam puisi misalnya rima, irama,
pilihan kata yang tepat, dan gaya bahasanya.
2. Kepadatan
Puisi sangat padat makna atau pesan. Artinya, penulis
hanya mengemukakan inti masalahnya.
Jadi, kata-kata perlu dipilih supaya mampu
mengungkapkan gagasan yang sebenarnya.
3. Ekspresi tidak langsung
Puisi banyak menggunakan kata kiasan. Bahasa kias
adalah ucapan yang tidak langsung. Jadi
dia harus berpikir untuk memilih kata yang tepat untuk
mengungkapkan perasaannya.
A. Rima
Rima adalah persamaan
atau pengulangan bunyi. Bunyi yang sama itu tidak terbatas pada akhir baris,
tetapi juga untuk keseluruhan baris, bahkan juga bait. Persamaan bunyi yang
dimaksudkan di sini adalah persamaan (pengulangan) bunyi yang memberikan kesan
merdu, indah, dan dapat mendorong suasana yang dikehendaki oleh penyair dalam
puisi.
Rima bisa berupa (1)
pengulangan bunyi-bunyi konsonan dari kata-kata berurutan (aliterasi), (2)
persamaan bunyi vocal dalam deretan kata (asonansi), (3) persamaan bunyi yang
terdapat setiap akhir baris.
B.
Irama
Irama sama dengan ritme.
Irama diartikan sebagai alunan yang terjadi karena pengulangan dan pergantian kesatuan
bunyi dalam arus panjang pendek bunyi. Jadi, irama dikatakan memiliki (1)
pengulangan, (2) pergantian bunyi dalam arus panjang pendek, dan (3) memiliki
keteraturan.
Contoh:
Piring putih piring bersabun
Disabun anak orang Cina
Memetik bunga dalam kebun
Setangka saja yang menggila
Disabun anak orang Cina
Memetik bunga dalam kebun
Setangka saja yang menggila
C.
Diksi
Diksi adalah pemilihan
kata untuk menyampaikan gagasan secara tepat. Selain itu, diksi juga berarti
(1) kemampuan memilih kata dengan cermat sehingga dapat membedakan secara tepat
nuansa makna (perbedaan makna yang halus) gagasan yang ingin disampaikan, dan
(2) kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa.
Kemampuan memilih dan
menyusun kata amat penting bagi penyair. Sebab, pilihan dan susunan kata yang
tepat dapat menghasilkan (1) rangkaian bunyi yang merdu, (2) makna yang dapat
menimbulkan rasa estetis (keindahan), dan (3) kepadatan bayangan yang dapat
menimbulkan kesan mendalam.
Misalnya, pemilihan dan penyusunan kata seperti
gelombang melambung tinggi, atau
roda pedati berderak-derakatau hilang terbangat au
meradang menerjang, atau hilang rasa,
selain menimbulkan kemerduan bunyi, juga menimbulkan
rasa estetis dan kesan mendalam.
Memilih
kata yang tepat memang tidak mudah. Oleh karena itu, menulis puisi kadang-
kadang tidak sekali jadi. Puisi yang sudah jadi pun kadang-kadang masih
mengalami bongkar pasang kata sampai dirasakan pas oleh penyairnya.
D.
Citraan
Ketika membaca puisi,
kita sering merasakan seolah-olah ikut hanyut dalam suasana yang diciptakan oleh
penyair di dalam puisinya. Ketika penyair mengungkapkan peristiwa yang
menyedihkan kita ikut larut dalam suasana sedih. Demikian juga kalau penyair
mengungkapkan perasaan dendam, kecewa, marah, benci, cinta, bahagia, dan
sebagainya.
Citraan adalah gambaran
angan yang muncul di benak pembaca puisi. Lebih lengkapnya, citraan adalah
gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya. Wujud gambaran
dalam angan itu adalah “sesuatu” yang dapat dilihat, dicium, diraba, dikecap,
dan didengar (panca indera). Akan tetapi, “sesuatu” yang dapat dilihat, dicium,
diraba, dikecap, dan didengarkan itu tidak benar-benar ada, hanya dalam
angan-angan pembaca atau pendengar.
E.
Makna Denotasi dan Makna Konotasi
Pada dasarnya, kata
memang selalu mengacu pada makna referensinya, yaitu makna yang ada dalam
pikiran pemakainya. Makna yang demikian itu tertulis dalam kamus. Misalnya,
kata
kursi maknanya ‘tempat duduk berkaki dan bersandaran’.
Makna yang demikian disebut makna
denotatif.
Kata, selain bermakna
denotatif, juga bermakna konotatif. Makna konotatif adalah makna yang
didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan oleh
pembicara atau pendengar. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna
tambahan yang timbul berdasarkan nilai rasa seseorang. Kata hujan dalam kamus
berarti ‘titik-titik air berjatuhan dari udara lewat proses pendinginan’.
Tetapi kata hujan bisa berarti ‘rahmat’ bagi petani dan ‘petaka’ bagi orang
Jakarta.
Memparafrasekan sebagai Sarana Memahami Puisi
Di samping kata-kata
bermakna konotasi, kekhasan lain dari bahasa puisi adalah bersifat padat dan
singkat. Kata-kata dirangkai secara implisit atau tanpa penghubung. Sebenarnya,
dalam struktur kalimat, penghubung sangat berperan untuk memperjelas makna.
Selain itu, enjambemen atau pemutusan dan pergantian baris dalam puisi sering
kali tidak sesuai pola-pola bentuk bahasa. Frase atau kalimat diputus pada
bagian yang tidak tepat sehingga dapat mengacaukan pemahaman maknanya.
Oleh karena itu, agar
dapat memahami makna puisi sedekat mungkin dengan yang dimaksudkan penyair,
sebelum menafsirkannya, sebaiknya kita memparafrasekan puisi. Memparafrasekan
adalah mengubah teks puisi menjadi sebuah prosa atau mengembalikan teks puisi
ke dalam bentuk tuturan yang lengkap. Kata-kata penghubung yang lepas
dikembalikan lagi pada posisinya. Secara mudah, paraphrase dapat dilakukan
dengan menceritakan kembali isi puisi dengan menggunakan kata-kata sendiri
secara bebas.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Wikipedia bahasa Indonesia
2.
Buku kumpulan Puisi Chairil Anwar
3.
Buku kumpulan puisi baru
4.
Buku kumpulan puisi lama
by:
Aisyah Khoerun N.
Arimbi Kumala R.S.
Nabila Syifaul H.
Tiara Mahza W.
Komentar
Posting Komentar