ANTOLOGI PUISI



DAFTAR ISI

ü    PEMBUKA
ü    KATA PENGANTAR
ü    ISI:
A. PENGERTIAN ANTOLOGI
B. PENGERTIAN PUISI
C. MACAM-MACAM PUISI
1. Puisi lama
-    Macam – macam puisi lama
-    Ciri – ciri puisi lama
-    Contoh puisi lama

2. Puisi baru
-    Macam puisi baru
-    Ciri – ciri puisi baru
-    Contoh puisi baru
D. PERBEDAAN PUISI LAMA DAN PUISI BARU
ü    DAFTAR PUSTAKA










A. Pengertian Antologi
Antologi, secara harfiah diturunkan dari kata bahasa Yunani yang berarti "karangan bunga" atau "kumpulan bunga", adalah sebuah kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya, definisi ini hanya mencakup kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak dalam satu volume. Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan karya sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa, dan lain-lain. Dalam pengertian modern, kumpulan karya musik oleh seorang artis, kumpulan cerita yang ditayangkan dalam radio dan televisi juga tergolong antologi.

B. Pengertian Puisi
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, puisi (dari bahasa Yunani kunoποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama danpuisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.       
            Singkatnya, puisi adalah Rangkaian kata – kata yang merupakan sebuah baris, bait berisi tentang luapan isi/ emosi jiwa seseorang yang mempunyai nilai estetika ( keindahan ).
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
a)      Puisi lama adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.  
b)      Puisi baru adalah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta tidak ditandai dengan bahasa yang padat.

C. MACAM-MACAM PUISI
Puisi dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Puisi Lama
Puisi adalah Rangkaian kata – kata yang merupakan sebuah baris,bait berisi tentang luapan isi/emosi jiwa seseorang yang mempunyai nilai estetika ( keindahan ).
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
Ø  Ciri-ciri Puisi Lama
Ciri puisi lama:
a)
Bersifat Istanacentris ( Berisi tentang lingkup kerajaan , keratin, golongan biru, golongan bangsawan).
b) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
c) Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
    maupun rima.
d) Bersifat statis ( Perkembangan puisi lambat).
e) Anonim (Tidak diketahui pengarangnya ).
Ø  Jenis Puisi Lama
a) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
b) Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
c) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab, berisi nasihat atau cerita.
d) Pantun adalah puisi yang lama yang terikat oleh rima atau sajak

JENIS PUISI LAMA DAN CIRINYA
a) MANTRA
    Ciri – ciri Mantra :
1)        Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
2)      Bersifat lisan, sakti atau magis.
3)      Adanya perulangan.
4)      Metafora merupakan unsur penting.
5)       Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius.
6)       Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.

b)  GURINDAM
     Ciri – ciri Gurindam :
1)       Sajak akhir berirama a-a, b-b, c-c, dan seterusnya.
2)      Berasal dari Tamil.
3)      Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan / menampilkan suatu sebab dan akibat.
4)      Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian.
5)      Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
c)  SYAIR
     Ciri – ciri Syair :
1)      Setiap bait terdiri dari 4 baris.
2)      Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata.
3)      Bersajak a-a-a-a.
4)      Isi semua, tidak ada sampiran.
5)      Berasal dari Arab.
d)  PANTUN
     Ciri – ciri Pantun :
1)      Setiap bait terdiri 4 baris.
2)      Baris 1 dan 2 sebagai sampiran.
3)      Baris 3 dan 4 merupakan isi.
4)      Bersajak a-b-a-b.
5)      Berasal dari Melayu (Indonesia).
Pantun dibagi menurut bentuknya :
a) Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
b) Seloka adalah pantun berkait.
c) Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
d) Pantun Anak – anak.
e) Pantun Jenaka.
f) Pantun Orang muda.
g)Pantun Orang tua.
h)Pantun Teka – teki. 

Ciri – ciri dari bentuk pantun  :
a)   KARMINA
Ciri – ciri Karmina :
1) Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
2) Bersajak aa-aa, aa-bb.
3) Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
4) Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
5)  Semua baris diawali huruf kapital.
6)  Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
7)  Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
b)   SELOKA
      Ciri – ciri Seloka :
1)      Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair.
2)      Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
c)   TALIBUN
       Ciri – ciri Talibun :
1)      Terdiri dari 4 baris.
2)       Berirama aaaa.
3)      Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair.
4)      Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan
seterusnya.
5)      Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
6)       Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
7)      Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
8)       Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d.

·Contoh Jenis-jenis Puisi Lama
a) MANTRA
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
b) GURINDAM
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
c) SYAIR
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
d) PANTUN
Contoh-contoh pantun menurut jenisnya
a) KARMINA
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
b) SELOKA
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
c) TALIBUN
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu

D. PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku
kata, maupun rima.
 Ciri-ciri Puisi Baru
a) Bentuknya rapi, simetris;
b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
d) Sebagian besar puisi empat seuntai;
e) Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
JENIS PUISI BARU
Puisi baru dibagi menurut isinya :
a) Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
.
c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa
.
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
.
e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
.
f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
.
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
.
Puisi baru dibagi menurut bentuknya :
a) Distikon.
b) Terzina.
c) Quatrain.
d) Quint.
e) Sextet.
f) Septima.
g) Stanza/Oktaf.
h) Soneta.

Ciri puisi baru menurut bentuknya :
a) Distikon
    Ciri – ciri Distikon :  
1)       Rima –aa, -bb.
2)      2 baris; sajak 2 seuntai.
3)      Distikon (Greek: 2 baris)
b) Terzina 
    Ciri – ciri Terzina :
1)      Terzina (Itali: 3 irama)
c) Quatrain
    Ciri – ciri Quatrain :
1)      Quatrain (Perancis: 4 baris)
2)      Pada asalnya ada 4 rangkap
3)      Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
d) Quint
Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5 baris dalam serangkap diterima umum sebagai Quint (perubahan ini dikatakan berpunca dari kesukaran penyair untuk membina rima /aaaaa/
e) Sextet
    Ciri – ciri Sextet :
1)      Sextet (latin: 6 baris).
2)      Dikenali sebagai ‘terzina ganda dua’.
3)      Rima akhir bebas
f) Septima
    Ciri – ciri Septima : 
1)      Septime (Latin: 7 baris).
2)      Rima akhir bebas.

g) Stanza/Oktav
Ciri – ciri Stanza :
1)    Oktaf (Latin: 8 baris).
2)    Dikenali sebagai ‘double Quatrain’
h) Soneta
Ciri – ciri Soneta :
1)  Terdiri atas 14 baris.
2)      Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina.
3)      Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.
4)      Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.
5)      Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
6)      Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.
7)   Peralihan dari octav ke sextet disebut volta
8)   Penambahan baris pada soneta disebut koda.
9)   Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14     suku kata.
10) Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d.
Ø     Contoh dari Jenis-jenis Puisi Baru
Contoh puisi baru menurut isinya 
a) BALADA
Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “ Balada Matinya Seorang
Pemberontak”.
b) HYMNE
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
c) ODE
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
d) EPIGRAM
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Saini S.K)
e) ELEGI
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(chairil anwar)
f) SATIRE
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
CONTOH JENIS PUISI BERDASARKAN BENTUKNYA
a) DISTIKON
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b) TERZINA
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
c) QUATRAIN
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d) QUINT
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e) SEXTET
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f) SEPTIMA
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
g) STANZA ( OCTAV )
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
h) SONETA
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
D.PERBEDAAN PUISI LAMA DAN PUISI BARU
Ø    Ciri-ciri puisi baru:
a.      Bersifat umum
b.      Perkembangannya cepat
c.       Bersifat bebas
d.      Populer
e.      Bersifat kepandaian perseorangan
f.        Mengutamakan isi

Ø     Ciri-ciri puisi lama:
a.    Bersifat Istanacentris
b.    Bersifat statis
c.    Bersifat terikat dengan aturan yang sudah ada
d.    Anonym (Pengarangnya tida dikenal)
e.    Bersifat kepandaian bersama
f.     Mengutamakan bentuk atau keindahan

Meskipun demikian, hakikat puisi tetap dipertahankan seperti rima, irama, pilihan kata, dan lain-lain.
·                  Hakikat puisi ada tiga hal, yaitu:
1. Sifat seni atau fungsi estetika
Sebuah puisi haruslah indah. Unsur-unsur keindahan dalam puisi misalnya rima, irama,
pilihan kata yang tepat, dan gaya bahasanya.
2. Kepadatan
Puisi sangat padat makna atau pesan. Artinya, penulis hanya mengemukakan inti masalahnya.
Jadi, kata-kata perlu dipilih supaya mampu mengungkapkan gagasan yang sebenarnya.
3. Ekspresi tidak langsung
Puisi banyak menggunakan kata kiasan. Bahasa kias adalah ucapan yang tidak langsung. Jadi
dia harus berpikir untuk memilih kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.

A. Rima
Rima adalah persamaan atau pengulangan bunyi. Bunyi yang sama itu tidak terbatas pada akhir baris, tetapi juga untuk keseluruhan baris, bahkan juga bait. Persamaan bunyi yang dimaksudkan di sini adalah persamaan (pengulangan) bunyi yang memberikan kesan merdu, indah, dan dapat mendorong suasana yang dikehendaki oleh penyair dalam puisi.
Rima bisa berupa (1) pengulangan bunyi-bunyi konsonan dari kata-kata berurutan (aliterasi), (2) persamaan bunyi vocal dalam deretan kata (asonansi), (3) persamaan bunyi yang terdapat setiap akhir baris.
B. Irama
Irama sama dengan ritme. Irama diartikan sebagai alunan yang terjadi karena pengulangan dan pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek bunyi. Jadi, irama dikatakan memiliki (1) pengulangan, (2) pergantian bunyi dalam arus panjang pendek, dan (3) memiliki keteraturan.
Contoh:
Piring putih piring bersabun
Disabun anak orang Cina
Memetik bunga dalam kebun
Setangka saja yang menggila

C. Diksi
Diksi adalah pemilihan kata untuk menyampaikan gagasan secara tepat. Selain itu, diksi juga berarti (1) kemampuan memilih kata dengan cermat sehingga dapat membedakan secara tepat nuansa makna (perbedaan makna yang halus) gagasan yang ingin disampaikan, dan (2) kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa.
Kemampuan memilih dan menyusun kata amat penting bagi penyair. Sebab, pilihan dan susunan kata yang tepat dapat menghasilkan (1) rangkaian bunyi yang merdu, (2) makna yang dapat menimbulkan rasa estetis (keindahan), dan (3) kepadatan bayangan yang dapat menimbulkan kesan mendalam.
Misalnya, pemilihan dan penyusunan kata seperti gelombang melambung tinggi, atau
roda pedati berderak-derakatau hilang terbangat au meradang menerjang, atau hilang rasa,
selain menimbulkan kemerduan bunyi, juga menimbulkan rasa estetis dan kesan mendalam.
Memilih kata yang tepat memang tidak mudah. Oleh karena itu, menulis puisi kadang- kadang tidak sekali jadi. Puisi yang sudah jadi pun kadang-kadang masih mengalami bongkar pasang kata sampai dirasakan pas oleh penyairnya.
D. Citraan
Ketika membaca puisi, kita sering merasakan seolah-olah ikut hanyut dalam suasana yang diciptakan oleh penyair di dalam puisinya. Ketika penyair mengungkapkan peristiwa yang menyedihkan kita ikut larut dalam suasana sedih. Demikian juga kalau penyair mengungkapkan perasaan dendam, kecewa, marah, benci, cinta, bahagia, dan sebagainya.
Citraan adalah gambaran angan yang muncul di benak pembaca puisi. Lebih lengkapnya, citraan adalah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya. Wujud gambaran dalam angan itu adalah “sesuatu” yang dapat dilihat, dicium, diraba, dikecap, dan didengar (panca indera). Akan tetapi, “sesuatu” yang dapat dilihat, dicium, diraba, dikecap, dan didengarkan itu tidak benar-benar ada, hanya dalam angan-angan pembaca atau pendengar.



E. Makna Denotasi dan Makna Konotasi

Pada dasarnya, kata memang selalu mengacu pada makna referensinya, yaitu makna yang ada dalam pikiran pemakainya. Makna yang demikian itu tertulis dalam kamus. Misalnya, kata
kursi maknanya ‘tempat duduk berkaki dan bersandaran’. Makna yang demikian disebut makna
denotatif.
Kata, selain bermakna denotatif, juga bermakna konotatif. Makna konotatif adalah makna yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan oleh pembicara atau pendengar. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna tambahan yang timbul berdasarkan nilai rasa seseorang. Kata hujan dalam kamus berarti ‘titik-titik air berjatuhan dari udara lewat proses pendinginan’. Tetapi kata hujan bisa berarti ‘rahmat’ bagi petani dan ‘petaka’ bagi orang Jakarta.
Memparafrasekan sebagai Sarana Memahami Puisi
Di samping kata-kata bermakna konotasi, kekhasan lain dari bahasa puisi adalah bersifat padat dan singkat. Kata-kata dirangkai secara implisit atau tanpa penghubung. Sebenarnya, dalam struktur kalimat, penghubung sangat berperan untuk memperjelas makna. Selain itu, enjambemen atau pemutusan dan pergantian baris dalam puisi sering kali tidak sesuai pola-pola bentuk bahasa. Frase atau kalimat diputus pada bagian yang tidak tepat sehingga dapat mengacaukan pemahaman maknanya.
Oleh karena itu, agar dapat memahami makna puisi sedekat mungkin dengan yang dimaksudkan penyair, sebelum menafsirkannya, sebaiknya kita memparafrasekan puisi. Memparafrasekan adalah mengubah teks puisi menjadi sebuah prosa atau mengembalikan teks puisi ke dalam bentuk tuturan yang lengkap. Kata-kata penghubung yang lepas dikembalikan lagi pada posisinya. Secara mudah, paraphrase dapat dilakukan dengan menceritakan kembali isi puisi dengan menggunakan kata-kata sendiri secara bebas.








DAFTAR PUSTAKA

1.                  Wikipedia bahasa Indonesia
2.                  Buku kumpulan Puisi Chairil Anwar
3.                  Buku kumpulan puisi baru
4.                  Buku kumpulan puisi lama
5.                  http://ihramsulthan.com/topik/arti+antologi+puisi.html














                             












 by: Aisyah Khoerun N.
      Arimbi Kumala R.S.
      Nabila Syifaul H.
      Tiara Mahza W.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

DRAMA ANEKDOT: ARGOMETER JEPANG MUTER SANGAT CEPAT DENGAN PENGEMBANGAN

BENUA ASIA