Di ujung Oktober, 2015

Gaduhnya suara hembusan angin elektrik malam ini kian mengurungkan niatku untuk sekadar membuka buku. Entah itu buku pelajaran, fiksi, biografi, maupun kumpulan cerpen baper yang berjajar rapi di meja belajarku yang tak ada enam bulan lagi akan ku tinggalkan ini. 


Dengan mata sayu setengah mengantuk hatiku tergerak untuk membuka laptopku, membuka catatan-catatan perjalanan lama yang sekadar tersimpan di folder tersembunyi. Geli rasanya membacanya. Jemariku serasa rindu untuk kembali menulis, menceritakan perjalanan pada keyboard komputer meski tiada tanggapan dari dunia luar. 


Perlahan aku sadar bahwa aku sudah berubah, bukan Ara kecil tiga tahun lalu gemar berkuncir kuda dan berkostum casual setiap hari. Kini, dengan banyak pengalaman hidup yang baru Ara telah menjadi siswi kelas XII smansa yang jauh lebih alim. Tapi mohon jangan termakan dengan kata ‘alim’ ini karena nyatanya Ara masih menjadi Ara yang brutal, banyak gerak, dan mungkin sedikit maskulin :|


Tumbuh beriringan dengan waktu memang hal terindah. Ku tengok dream list yang tertempel indah bersama kincir angin, foto keluarga, kertas sisa foto buken, dan kertas yang digunting membentuk angka 16 buah surprise beberapa sahabat pada ulangtahunku beberapa waktu lalu. Semuanya berjajar abstrak di almari baju yang sudah tua.


Semangat Belajar


Frasa tersebut menjadi tulisan paling menonjol di dreamlistku, alih-alih sebagai motivasi dalam meraih mimpi-mimpiku yang dalam waktu dekat in shaa Allah akan menjadi kenyataan. Tertuliskan disana beberapa nama universitas dan prodi impianku, muara dari semua usaha belajarku selama ini.


Harusnya, malam ini aku belajar atau sekadar mengerjakan try out mingguan yang tak henti-hentinya diberikan oleh sekolah. Hanya saja perasaan malas yang menggerogoti malamku ini. Di waktu seperti ini, tiada yang lebih indah dari terbaring sendiri di kamar bersama iringan lagu. Hanya saja, terkadang aku merasa jangan menyia-nyiakan waktu. Entah itu waktu untuk berbahagia menikmati masa muda seperti ini atau belajar memperjuangkan masa depan. Hanya saja, aku jenuh dengan kebiasaan yang tiada henti sebelum enam bulan ini berakhir.


Hanya saja, terkadang aku merasa terlalu cepat untuk menghabiskan malamku dengan deretan angka maupun bahasa alien yang tak ku mengerti apa artinya. Lantas apa yang akan ku ceritakan dimana aku hidup 25 tahun lagi kelak. Hanya saja, terkadang aku takut menyesal karena menyia-nyiakan waktu belajarku untuk sekadar istirahat sementara seseorang di luar sana sedang berjuang mati-matian untuk sebuah mimpi yang sama.


Apapun itu, terimakasih untuk laptop, headset, dan pencipta blogger tercinta karena telah membantu remaja yang tengah gundah ini berbagi perasaannya.



Sampai jumpa suatu saat, di saat aku merindukan saat-saat seperti ini lagi.



Sampai jumpa suatu saat, ketika mimpi yang ku tuliskan disini menjadi nyata atau berubah menjadi sesuatu yang lebih baik.




-cado Tiara M. W.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANTOLOGI PUISI

DRAMA ANEKDOT: ARGOMETER JEPANG MUTER SANGAT CEPAT DENGAN PENGEMBANGAN

BENUA ASIA