KERAJAAN DEMAK
1. Peta Wilayah, Ibu Kota, Keunggulan
Teritorial
Pada awalnya, wilayah kekuasaan
Kerajaan Demak hanya di sekitar pantai utara Pulau Jawa. Lalu, Kerajaan Demak
memperluas kekuasaannya dengan menaklukan kerajaan-kerajaan pesisir Pulau Jawa,
seperti Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, cirebon dan Banten.
- Ibu Kota: Bintoro, terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola adalah pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan yang penting bagi kerajaan Demak.
- Keunggulan teritorial:
·
Terletak di
pantai utara jawa yang merupakan jalur perdagangan antarpulau
·
Terletak di tepi
selat antara Pegunungan Muria dan Jawa yang menjadi jalan pintas kapal dagang
dari Semarang ke Rembang
·
Terletak di dekat
Pegunungan Muria sehingga tanahnya subur dan cocok untuk pertanian. Demak
sempat menjadi gudang padi
·
Dialiri Sungai
Lusi dan Serang yang menjadi penghubung daerah-daerah di Jawa Tengah sehingga
pengairan untuk pertanian cukup
2. Silsilah Raja dan Peristiwa Penting
1. Raden Patah atau Sultan Alam Akbar al-Fatah (1500 - 1518)
- Merupakan Pendiri Kerajaan Demak. Mendapatkan Tahta dari Brawijaya V (Raja Majapahit) yang menikah dengan Putri Champa
- Demak memiliki peranan penting dalam penyebaran agama Islam
- Demak berhasil menggantikan peranan Malaka, setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis 1511.
- Demak melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka, yang dipimpin oleh Pati Unus (1513)
- Daerah kekuasaan meluas ke Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah Kalimantan.
- Perekonomian berkembang pesat. Demak menjadi daerah agraris dan maritim
2. Pangeran Sabrang Lor/ Pati Unus/ Adipati Unus
(1518-1521)
- Demak tetap berusaha membendung masuknya Portugis ke pulau Jawa walau sempat mengalami kegagalan
- Demak melakukan blokade pengiriman beras ke Malaka sehingga Portugis kekurangan makanan.
3. Sultan Trenggono
- Puncak kebesaran Demak diraih, karena pada masa pemerintahannya Demak memiliki daerah kekuasaan yang luas dari Jawa Barat sampai Jawa Timur
- Pengiriman pasukan untuk menyerang Sunda Kelapa bersama Fatahillah yang saat itu dikuasai Portugis. Ekspansi demak mengancam pajajaran, hingga di bawah pimpinan prabu siliwangi pajajaran (sunda) menjalin kerjasama dengan portugis. Portugis tidak menepati janji. Demak merasa terancam, sebelum portugis membangun benteng demak sudah menyerang di bawah fatahillah. Demak pun menguasai Portugis.
- Penyerangan terhadap Blambangan (Hindu) dilakukan pada tahun 1546, di mana pasukan Demak di bawah pimpinan Sultan Trenggono yang dibantu oleh Fatahillah. Namun Sultan Trenggono meninggal di Pasuruan sebelum sempat menguasai Blambangan
- Perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen (saudara Trenggono) dengan Sunan Prawoto (putra Trenggono) dan Arya Penangsang (putra Sekar Sedolepen).
- Ia membunuh Pangeran Seda Ing Lapen (Kakak Trenggono) agar Trenggono (Ayahnya) dapat menjadi Raja
- Ia menyadari kesalahannya dan mengirim utusan kepada Arya Panangsang (Anak Pangeran Seda Ing Lapen) untuk membunuh Prawoto asal tidak melukai siapapun. Tapi Prawoto, Istrinya, dan utusannya meninggal. Sedangkan anaknya (Arya Pangiri) masih hidup dan dirawat bibinya (Kalinyamat) yang menikah dengan Pangeran Hadiri
- Arya Panangsang adalah anak Pangeran Seda Ing Lapen
- Ia merupakan raja yang keras, didukung sunan kudus dan diberi keris setan kober
- Ia mendapatkan serangan dari Pangeran Hadiri yang akhirnya terbunuh. Kalinyamat tidak terima karena ia kehilangan Prawoto (Kakaknya) dan Hadiri (Suaminya) di tangan Arya Panangsang, ia lalu melakukan topo udo (Semedi). Hadiwijaya (Suami Putri Mas Cempaka) prihatin dan membujuknya pulang. Hadiwijaya (Jaka Tingki) menyerang Arya Panangsang dibantu Ki Ageng Pamanahan dan aanaknya (Sutawijaya), Ki Panjawi, dan Ki Juru Martani. Siasat yang diterapkan adalah dengan menunjuk Sutawijaya pergi berperang dibekali keris Kyai Kleret dari Pajang. Karena kuda Arya Panangsang laki-laki (Gagak Rimang), maka sutawiji menggunakan kuda perempuan agar kuda Arya Panangsang tidak fokus dan terpikat. Arya panangsang pun terbunuh,meski sempat bangkit. Hadiri menang dan mendirikan Pajang
3. Hasil Budaya dan Peninggalan
Peninggalan:
1. Masjid agung demak
Masjid Agung
Demak merupakan masjid tertua di Pulau Jawa, didirikan Wali Sembilan atau Wali
Songo. Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak
Beberapa
peninggalan di masjid agung demak :
a.
Soko Majapahit,
tiang ini berjumlah delapan buah terletak di serambi masjid. Benda purbakala hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi ini diberikan kepada Raden Fattah ketika menjadi Adipati Notoprojo di Glagahwangi Bintoro Demak 1475 M.
tiang ini berjumlah delapan buah terletak di serambi masjid. Benda purbakala hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi ini diberikan kepada Raden Fattah ketika menjadi Adipati Notoprojo di Glagahwangi Bintoro Demak 1475 M.
b.
Dampar Kencana,
benda arkeologi ini merupakan peninggalan Majapahit abad XV, sebagai hadiah untuk Raden Fattah Sultan Demak I dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden Kertabumi. Semenjak tahta Kasultanan Demak dipimpin Raden Trenggono 1521 – 1560 M, secara universal wilayah Nusantara menyatu dan masyhur, seolah mengulang kejayaan Patih Gajah Mada
benda arkeologi ini merupakan peninggalan Majapahit abad XV, sebagai hadiah untuk Raden Fattah Sultan Demak I dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden Kertabumi. Semenjak tahta Kasultanan Demak dipimpin Raden Trenggono 1521 – 1560 M, secara universal wilayah Nusantara menyatu dan masyhur, seolah mengulang kejayaan Patih Gajah Mada
c.
Soko Tatal / Soko Guru,
yang berjumlah 4 ini merupakan tiang utama penyangga kerangka atap masjid yang bersusun tiga. Masing-masing soko guru memiliki tinggi 1630 cm. Formasi tata letak empat soko guru dipancangkan pada empat penjuru mata angin. Yang berada di barat laut didirikan Sunan Bonang, di barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara buatan Sunan Ampel, dan yang berdiri di timur laut karya Sunan Kalijaga Demak. Masyarakat menamakan tiang buatan Sunan Kalijaga ini sebagai Soko Tatal.
yang berjumlah 4 ini merupakan tiang utama penyangga kerangka atap masjid yang bersusun tiga. Masing-masing soko guru memiliki tinggi 1630 cm. Formasi tata letak empat soko guru dipancangkan pada empat penjuru mata angin. Yang berada di barat laut didirikan Sunan Bonang, di barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara buatan Sunan Ampel, dan yang berdiri di timur laut karya Sunan Kalijaga Demak. Masyarakat menamakan tiang buatan Sunan Kalijaga ini sebagai Soko Tatal.
d.
Mihrab atau tempat pengimaman,
didalamnya terdapat hiasan gambar bulus yang merupakan prasasti “Condro Sengkolo”. Prasasti ini memiliki arti“Sariro Sunyi Kiblating Gusti”, bermakna tahun 1401 Saka atau 1479 M (hasil perumusan Ijtihad). Di depan Mihrab sebelah kanan terdapat mimbar untuk khotbah.
didalamnya terdapat hiasan gambar bulus yang merupakan prasasti “Condro Sengkolo”. Prasasti ini memiliki arti“Sariro Sunyi Kiblating Gusti”, bermakna tahun 1401 Saka atau 1479 M (hasil perumusan Ijtihad). Di depan Mihrab sebelah kanan terdapat mimbar untuk khotbah.
e.
Pintu Bledeg,
pintu yang konon diyakini mampu menangkal petir ini merupakan ciptaan Ki Ageng Selo pada zaman Wali. Peninggalan ini merupakan prasasti “Condro Sengkolo” yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
pintu yang konon diyakini mampu menangkal petir ini merupakan ciptaan Ki Ageng Selo pada zaman Wali. Peninggalan ini merupakan prasasti “Condro Sengkolo” yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
f.
Surya Majapahit,
merupakan gambar hiasan segi 8 yang sangat populer pada masa Majapahit. Para ahli purbakala menafsirkan gambar ini sebagai lambang Kerajaan Majapahit. Surya Majapahit di Masjid Agung Demak dibuat pada tahun 1401 tahun Saka, atau 1479 M.
merupakan gambar hiasan segi 8 yang sangat populer pada masa Majapahit. Para ahli purbakala menafsirkan gambar ini sebagai lambang Kerajaan Majapahit. Surya Majapahit di Masjid Agung Demak dibuat pada tahun 1401 tahun Saka, atau 1479 M.
g.
sirap, kentongan
dan bedug peninggalan para wali, dua buah gentong (tempayan besar) dari Dinasti
Ming hadiah dari Putri Campa abad XIV
2. Makam
sunan kalijaga
3. Piring Campa merupakan pemberian Ibu Raden Patah
yang bernama Putri Campa
4. Pintu Bledeg / Pintu Petir dibuat oleh Ki Ageng selo
5. Saka Tatal merupakan saka ( tiang ) Utama Masjid Demak dibuat oleh Wali
Songo
6. Bedug dan kentongan
7. Dampar Kencana, yaitu singgasana para sultan
Hasil Budaya:
1. 1. Tradisi sekaten
Sunan
Kalijaga meletakkan dasar-dasar perayaan sekaten (akulturasi antara Islam dg Hindu) yang
tujuannya untuk menyebarkan tradisi lslam. Tradisi tersebut sampai sekarang
masih berlangsung di Jogjakarta dan di Surakarta.dilaksanakan setiap kelahiran
nabi Muhammad SAW.
1. 2. Upacara Grebeg Besar
Perayaan grebeg besar dirayakan setiap satu tahun satu
kali, yaitu pada tanggal 10 bulan Zulhijah atau bulan haji. Seminggu sebelum
acara pokok dimulai, di alun-alun Demak diadakan pasar malam. Acara persiapan
dilakukan 9 Zulhijah atau malam tanggal 10 Zulhijah, yaitu berupa acara
persiapan untuk acara puncak pada tanggal 10 Zulhijah di siang hari. Upacara
persiapan tersebut dilakukan di Masjid Agung Demak dan di Kadilangu.
2. 3. Upacara Syawalan
upacara
syawalan merupakan upacara terdisional masyarakat demak yang tinggal di sekitar
pantai, yaitu berupa upacara sedekah laut. Penyelenggaraan upacara syawalan ini
dilakukan pada tanggal 7 Syawal atau 7 hari setelah hari raya Idul Fitri dan
bertempat di sekitar muara sungai Gerebeg Besar, acara syawalan ini belum masuk
dalam agenda pariwisata Jawa Tengah. Sebagian besar yang datang pada peringatan
acara syawalan ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar muara sungai
tuntang dan daerah-daerah lainnya di kabupaten Demak. Ada pula yang datang dari
daerah di luar kabupaten Demak misalnya Semarang, Kudus , dan daerah lainnya
4. Nyadran
5. Halal bihalal
6. Kaligrafi
4. Keruntuhan
4. Keruntuhan
1. Perebutan kekuasaan
Perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen
(saudara Trenggono) dengan Sunan Prawoto (putra Trenggono) dan Arya Penangsang
(putra Sekar Sedolepen). Orang yang
seharusnya menggantikan kedudukan Sultan Trengggono adalah pengeran Sekar Seda
Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan Prawoto (Anak Trenggono) yang berharap
dapat mewarisi tahta kerajaan Ayahnya. Adipati Jipang yang beranama Arya
Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak tinggal diam
karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Dalam peperangan itu, Sunan Prawoto gugur. Arya Penangsang mendapat
perlawanan dari menantu Sultan Trenggono yang bernama Pangeran Hadiri (Sultan
Kalinyamat), tetapi tidak berhasil. Pangeran Hadiri meninggal oleh Arya
Penangsang..
Perlawanan dilanjutkan oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang
berasal dari Tingkir Salatiga. Dengan siasat yang diajarkan Ki Ageng Pemanahan.
Pemberontakan Arya Penangsang (Adipati Jipang) dapat dipadamkan.
Siasat tersebut antara lain dengan menampilkan Sutawijaya, anak Ki Ageng
Pemanahan yang baru berusia 16 tahun dijadikan sebagai Panglima perang.
Akibatnya, Arya Penangsang tidak tega membunuh, tetapi justru sebaliknya Arya
Penangsang terbunuh o;eh Sutawijaya.
Berkat jasanya mengalahkan Arya Penangsang, Ki Ageng Pemanahan mendapat
hadiah wilayah di daerah Mataram yaitu Kota Gede dan sekitarnya. Ki Panjawi diberi kekuasaan di
pati. Sutawijaya dijadikan anak angkat
Joko Tingkir. Setelah menjadi raja, Joko Tingkir memindahkan pusat pemerintahan
Demak ke Pajang. Beberapa alasan Joko Tingkir memindahkan pusat kerajaan ke
Pajang adalah:
·
Kerajaan Demak mengalami
kehancuran total akibat perang saudara yang berlarut-larut.
·
Mendekati daerah pertanian yang
subur yaitu di sekitar Surakarta dan Klaten.
·
Menjauhi musuh-musuh politiknya
yang ada di sekitar Demak.
·
Mendekati daerah pendukungnya
yaitu di sekitar Tingkir dan Pajang.
2. Negeri-negeri bagian (Kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak
mengakui lagi kekuasaan Demak
3.
Raden Patah kurang menarik perhatian masyarakat
pedalaman bekas Kerajaan Majapahit
Raden
Patah kurang pandai menarik simpati orang – orang pedalaman, bekas rakyat
Kerajaan Majapahit. Raden Patah juga terlalu banyak menyandarkan kekuataannya
kepada masyarakat Tionghoa Islam. Beliau berkeinginan keras untuk membentuk
negara Islam Maritim. Sehingga mengakibatkan, perhatiannya lebih
dicurahkan untuk pembuatan kapal-kapal di kota-kota pelabuhan demi
pembentukan armada yang kuat.
Komentar
Posting Komentar